Dengan nama Allah, dan segala puji dan syukur hanya milik Allah serta Shalawat dan salam atas Rasulullah, dan atas keluarganya serta seluruh sahabatnya.
Hari ‘Asyura’ mempunyai keutamaan yang agung dan kehormatan yang sudah lama. Puasa pada hari itu dikarenakan oleh keutamaannya sudah masyhur dikalangan para nabi –Alaihi shalatu was sallam-. Rasulullah bersabda : “Barang siapa puasa satu hari di jalan Allah, Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sepanjang tujuh puluh musim” (H.R Bukhari dan Muslim).
Dan bersabda : “Puasa yang paling utama setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram..” (H.R. Tirmizi dan dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani). Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : “Puasa pada hari ‘Asyura’ saya mengharapkan kepada Allah supaya bisa menghapus dosa pada tahun yang telah lewat.” ( H.R.Muslim). Dari Ibnu Abbas t beliau berkata : “Saya tidak pernah melihat Rasulullah mengutamakan berpuasa pada hari tertentu lebih diutamakannya daripada hari yang lain kecuali hari ini (yakni) hari ‘Asyura’ dan bulan ini yakni, bulan Ramadhan “.(H.R.Bukhari ).
Pertamanya puasa ‘Asyura’ ini hukumnya wajib kemudian berubah hukumnya menjadi sunnah ketika puasa bulan Ramadhan diwajibkan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di kitabnya dari ‘Aisyah beliau berkata : “Rasulullah pernah memerintahkan untuk melakukan puasa hari ‘Asyura’, tatkala diwajibkan puasa Ramadhan, maka barang siapa yang ingin berpuasa maka dia berpuasa, dan barang siapa yang ingin barbuka maka dia tidak puasa.” ( H.R. Bukhari ).
Adapun hikmah dari puasa ini, telah diterangkan oleh hadits Ibnu Abbas di kitab Bukhari “Ketika Nabi datang ke Madinah maka beliau melihat kaum yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura maka beliau bersabda : “Apa ini “ Mereka berkata : “Ini adalah hari hari baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa berpuasa pada hari ini, baliau bersabda : “ Sesungguhnya kami lebih berhak dengan Musa daripada kalian, maka beliaupun berpuasa dan menyuruh untuk berpuasa”. (H.R. Bukhari). Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas baliau berkata : “Tatkala Rasulullah puasa pada hari ‘Asyura’ dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat berkata : "Wahai Rasulullah sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi dan Nashora"
Maka beliau bersabda : "Apa bila datang tahun depan insya Allah kita akan puasa pada hari kesembilannya juga..”(H.R.Muslim) . dalam riwayat Imam Ahmad, lafaznya :“Jika saya masih hidup sampai tahun depan niscaya saya akan puasa pada hari kesembilan”(H.R.Ahamad) . Begitu juga halnya, perbedaan dengan kaum Yahudi pada hari itu bisa terwujud dengan cara tidak menjadikan hari itu sebagai hari raya dan cuma sebatas melaksanakan puasa dikarenakan kaum Yahudi menjadikan hari itu sebagai hari raya dan mereka namakan hari raya fashah. Yang merupakan hari raya mereka yang terpenting. Disyari’atkan kepada kita untuk berpuasa satu hari sebelumnya, yaitu berpuasa pada hari kesembilan dan sepuluh.
Puasa pada hari kesepuluh saja hukumnya makruh. Para anak-anak pun pada masa Rasulullah ikut berpuasa ‘Asyura’, di dalam kitab Bukhari dari Rubai’ binti Mu’awiz, dia berkata : “Maka kamipun berpuasa juga dan kami suruh anak-anak kami untuk berpuasa, dan kami buatkan mereka main-mainan dari bulu. Jika salah seorang dari mereka menangis minta makanan kami berikan kepadanya main-mainan itu sampai datang waktu berbuka.”
Syeikh Abdullah Bin Jibrin –semoga Allah menjaga dan memeliharanya- berkata : “ Adapun apa yang dilakukan oleh orang –orang Rafidhoh (Syi’ah) pada hari ini ( hari ‘Asyura’) dari perbuatan menyakiti diri, meratap, mencakar-cakar wajah dan merobek-robek baju adalah perbuatan bid’ah yang mungkar yang tidak ada dasarnya dari sunnah”.
Hari ‘Asyura’ mempunyai keutamaan yang agung dan kehormatan yang sudah lama. Puasa pada hari itu dikarenakan oleh keutamaannya sudah masyhur dikalangan para nabi –Alaihi shalatu was sallam-. Rasulullah bersabda : “Barang siapa puasa satu hari di jalan Allah, Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sepanjang tujuh puluh musim” (H.R Bukhari dan Muslim).
Dan bersabda : “Puasa yang paling utama setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram..” (H.R. Tirmizi dan dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani). Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda : “Puasa pada hari ‘Asyura’ saya mengharapkan kepada Allah supaya bisa menghapus dosa pada tahun yang telah lewat.” ( H.R.Muslim). Dari Ibnu Abbas t beliau berkata : “Saya tidak pernah melihat Rasulullah mengutamakan berpuasa pada hari tertentu lebih diutamakannya daripada hari yang lain kecuali hari ini (yakni) hari ‘Asyura’ dan bulan ini yakni, bulan Ramadhan “.(H.R.Bukhari ).
Pertamanya puasa ‘Asyura’ ini hukumnya wajib kemudian berubah hukumnya menjadi sunnah ketika puasa bulan Ramadhan diwajibkan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di kitabnya dari ‘Aisyah beliau berkata : “Rasulullah pernah memerintahkan untuk melakukan puasa hari ‘Asyura’, tatkala diwajibkan puasa Ramadhan, maka barang siapa yang ingin berpuasa maka dia berpuasa, dan barang siapa yang ingin barbuka maka dia tidak puasa.” ( H.R. Bukhari ).
Adapun hikmah dari puasa ini, telah diterangkan oleh hadits Ibnu Abbas di kitab Bukhari “Ketika Nabi datang ke Madinah maka beliau melihat kaum yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura maka beliau bersabda : “Apa ini “ Mereka berkata : “Ini adalah hari hari baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa berpuasa pada hari ini, baliau bersabda : “ Sesungguhnya kami lebih berhak dengan Musa daripada kalian, maka beliaupun berpuasa dan menyuruh untuk berpuasa”. (H.R. Bukhari). Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas baliau berkata : “Tatkala Rasulullah puasa pada hari ‘Asyura’ dan memerintahkan untuk berpuasa, para sahabat berkata : "Wahai Rasulullah sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi dan Nashora"
Maka beliau bersabda : "Apa bila datang tahun depan insya Allah kita akan puasa pada hari kesembilannya juga..”(H.R.Muslim) . dalam riwayat Imam Ahmad, lafaznya :“Jika saya masih hidup sampai tahun depan niscaya saya akan puasa pada hari kesembilan”(H.R.Ahamad) . Begitu juga halnya, perbedaan dengan kaum Yahudi pada hari itu bisa terwujud dengan cara tidak menjadikan hari itu sebagai hari raya dan cuma sebatas melaksanakan puasa dikarenakan kaum Yahudi menjadikan hari itu sebagai hari raya dan mereka namakan hari raya fashah. Yang merupakan hari raya mereka yang terpenting. Disyari’atkan kepada kita untuk berpuasa satu hari sebelumnya, yaitu berpuasa pada hari kesembilan dan sepuluh.
Puasa pada hari kesepuluh saja hukumnya makruh. Para anak-anak pun pada masa Rasulullah ikut berpuasa ‘Asyura’, di dalam kitab Bukhari dari Rubai’ binti Mu’awiz, dia berkata : “Maka kamipun berpuasa juga dan kami suruh anak-anak kami untuk berpuasa, dan kami buatkan mereka main-mainan dari bulu. Jika salah seorang dari mereka menangis minta makanan kami berikan kepadanya main-mainan itu sampai datang waktu berbuka.”
Syeikh Abdullah Bin Jibrin –semoga Allah menjaga dan memeliharanya- berkata : “ Adapun apa yang dilakukan oleh orang –orang Rafidhoh (Syi’ah) pada hari ini ( hari ‘Asyura’) dari perbuatan menyakiti diri, meratap, mencakar-cakar wajah dan merobek-robek baju adalah perbuatan bid’ah yang mungkar yang tidak ada dasarnya dari sunnah”.
Post a Comment